Budaya Organisasi
Phiti Sithi dalam tulisannya di majalah Asian Manejer mendefinisikan budaya organisasi adalah seperangkat asumsi dasar oleh anggota-anggota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah intergrasi internal.
Terdapat tujuh karakteristik primer yang digunakan secara bersama dalam memahami hakekat dari budaya organisasi yaitu inovasi dan pengambil risiko, perhatian pada rincian, orientasi pada hasil, orientasi pada orang, orientasi pada tim, agresivitas dan kemantapan. Lebih lagi schine menyatakan bahwa terdapat berbagai tingkatan budaya, yaitu (1) asumsi dasar yang berada dibawah sadar dan menjadi kepercayaa kuat dalam organisasi, (2) nilai-nilai yang dicari dan diekspresikan kedalam berbagai kegiatan termasuk menyusun strategi, tujuan organisasi, dan filosofi organisasi, dan (3) artefak atau hal yang tampak dan benda-benda yang terlihat sebagai cirri budaya kelompok.
Rumah sakit sebagai sebuah organisasi terpengaruh oleh perubahan budaya. Model perubahan budaya dapat dilihat sebagai suatu interaksi antar berbagai budaya di berbagai tingkat kehidupan manusiadalam tingkat global terjadi berbagai perubahan penting misalnya telekomunikasi, sistem informasi dan usaha peningkatan efisiensi diperusahaan. Pada dasarnya aspek budaya adalah pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, tatana hukum, kebiasaan, dan berbagai kemampuan masyrakat, terpengaruh oleh perubahan global.
- Jenis-Jenis Budaya Organisasi.
Jenis-jenis budaya organisasi dapat ditentukan berdasarkan proses informasi dan tujuannya.
a. Budaya Rasional
Dalam budaya ini, prose informasi individual (klarifikasi sasaran pertimbangan logika, perangkat pengarahan) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan kinerja yang ditunjukan (efisiensi, produktifitas, dan keuntungan atau dampak).
- Budaya Idiologis
Dalam budaya ini, memproses informasi intuitif ( dari pengetahuan yang dalam, pendapatan dan inovasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan revitalisasi (dukungan dari luar, perolehan sumber daya dan pertumbuhan)
- Budaya Konsensus
Dalam budaya ini, pemrosesan informasi kolektif (diskusi, partisipasi, dan konsesnsus) diasumsikan menjadi sarana bagi tujuan kohesi (iklim, moral, dan kerja sama kelompok)
- Budaya Hierarkis
Dalam budaya hierarkis, pemrosesan informasi formal, (dokumentasi, komputasi, dan evauasi) diasumsikan sebgai sarana bagi tujuan kesinambungan (stabilitas, kontrol, dan koordinasi)
Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi dapat diartikan merupakan tingkat sampai sejauh mana seorang pegawai memihak pada suatu oraganisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat mempertahankan keangotaannya dalam organisasi itu. Menurut Mathis dan Jackson memberikan definisi komitmen organisasi adalah derajat yang mana karywana percaya dan menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi. Menurut Mowday mentebutkan bahwa komitmen organisasi merupakan dimensi prilaku penting yang dapat digunakan untuk menilai kecendrungan karyawan untuk bertahan sebagai anggota organisasi. Robbins mendefinisikan komitmen organisasi sebagai suatu sikap yang merefleksikan perasaan suka atau tidak suka dari karyawan terhadap organisasi
Proses Terjadinya Komitmen Organisasi
Garry Dessler mengemukakan sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk membangun komitmen karyawan pada organisasi, yaitu:
a) Make it charismatic: Jadikan visi dan misi organisasi sebagai sesuatu yang kharismatik, sesuatu yang di jadikan pijakan, dasar bagi setiap karyawan dalam berprilaku, sikap dan bertindak.
b) Build the traditional : segala sesuatu yang baik di orgaisasi jadikanlah sebagai suatu tradisi yang secara terus menerus di pelihara, dijaga oleh generasi berikutnya.
c) Have comprehensive grievance procedure: bila ada keluhan atau complain dari pihak luar ataupun dari pihak internal organisasi maka organisasi harus memiliki prosedur untuk mengatasi keluhan tersebut secara menyeluruh.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi
Komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Komitmen karyawan pada organisasi juga ditentukan oleh sejumlah faktor. Misalnya, Steers mengidentifikasi ada tiga faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi yaitu:
a) Ciri pribadi pekerja, termasuk masa jabatannya dalam organisasi, dan variasi kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan.
b) Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan rekan sekerjanya.
c) Pengalaman kerja, seperti keterandalan organisasi dimasa lampau dan cara pekerja-pekerja lain mengutarakan dan membicarakan perasaan mengenai organisasi.
Akuntabilitas Publik
Akuntabilitas publik adalah kewajiban penerima tanggungjawab untuk rnengelola sumber daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik kepada pihak pemberi mandate (principal).Akuntabilitas dapat dilihat sebagai salah satu elemen dalam responsibiltas. Akuntabilitas juga berarti kewajiban untuk rnernpertanggung-jawabkan apa yang telah dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, Sedangkan responsibilitas merupakan akuntabilitas yang berkaitan dengan kewajiban menjelaskan kepada orang/pihak lain yang memiliki kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban dan memberi penilaian. Namun demikian, tuntutan akuntabilitas harus diikuti dengan pemberian kapasitas untuk melakukan keleluasaan dan kewenangan. Turner dan Hulme, menyatakan bahwa akuntabilitas adalah konsep yang komplek yg lebih sulit daripada memberantas korupsi.
Jenis Akuntabilitas
Menurut Sirajudin dan Iqbal akuntabilitas merupakan sisi-sisi sikap dan wata kehidupan manusia meliputi akuntabilitas intern seseorang dan akuntabilitas ektern seseorang.
Akuntabilitas intern disebut juga akuntabilitas spiritual. Tidak sekedar tidak ada pencurian dan sensibilitas lingkungan, tapi lebih dari itu seperti adanya perasaan malu berbuat melanggar ketentuan dan lain-lain. Ini sangat besar maknanya bila semua orang memiliki sensibilitas spiritual seperti itu, alasan-alasan permisif seperti berbedanya kemampuan, tidak cukup waktu, tidak cukup sumber daya, dan sebagainya merupakan cikal bakal adanya korupsi dan akuntabilitas menjadi seperti kaca mobil berembun alias kabur. Hendaknya kita berusaha keras menghindari keluhan-keluhan semacam itu bila kita ingin melaksanakan akuntabilitas dengan sungguh-sungguh.
Akuntabilitas ekstern seseorang adalah akuntabilitas kepada lingkungannya baik formal (atasan) maupun informal (masyarakat). Akuntabilitas ekstern lebih mudah diukur karena norma dan standarnya jelas. Ada atasan, ada pengawas, ada kawan sekerja yang membantu, ada masyarakat konsumen yang sesekali menyoroti dan memberikan koreksi serta saran perbaikan, kelompok mahasiswa yang sensitif terhadap penyimpangan-penyimpanan, dan ada pula lembaga masyarakat penyeimbang yang kepeduliannya sangat tinggi seperti Indonesian Corruption Watch (ICW), dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.
Akuntabilitas eksternal meliputi :
a. Akuntabilitas internal kepada pelayanan publik organisasi sendiri;
b. Akuntabilitas eksternal kepada individu-individu dan organisasi di luar pelayanan publik organisasi sendiri.
Akuntabilitas eksternal adalan akuntabilitas yang paling banyak dibahas. Banyak orang mengelompokkan akuntabilitas ini menjadi beberapa bagian selaras dengan sudut pandang masing-masin, antara lain :
a. Akuntabilitas tradisional/reguler.
Akuntabilitas yang memfokuskan kepada transaksi-transaksi reguler/fiskal dalam efisiensi administrasi publik menuju pelayanan prima.
b. Akuntabilitas manajerial.
Akuntabilitas yang menitikberatkan kepada efisiensi dana, kekayaan, sumber daya manusia, dan sumber daya lain. Diharapkan peranan manajer atau pengawas lebih baik terutama dalam menetapkan proses yang berkelanjutan sehingga dapat memberikan pelayanan publik yang lebih baik.
c. Akuntabilitas program.
Akuntabilitas yang memfokuskan kepada pencapaian hasil operasi pemerintah. Sangat diperhatikan sampai di mana pencapaian hasil, bukan sekedar cukup bahwa suatu program sudah dikerjakan.
d. Akuntabilitas proses.
Akuntabilitas yang memfokuskan kepada informasi mengenai tingkat kesejahteraan sosial. Diperlukan etika dan moral yang tinggi serta dampak positif pada kondisi sosial masyarakat.
demikan blog ini dari saya terima kasih atas pujian dan sanjungan yg bertubi-tubi dari pembaca..
salam gaul.. uyeee..
Blog ini disponsori oleh..
0 komentar:
Posting Komentar